Rasanya tidak bergairah, padahal kata orang ketika menyukai sesuatu seberat apapun itu, kita akan sangat bergairah melakukannya.
Tak seperti dulu saat masa sekolah, belajar merupakan hal yang sangat menyenangkan.
Pulang sekolah belajar, pukul 15:30 kursus matematika, malemnya belajar lagi. Rasanya duniaku penuh dengan yang namanya belajar.
Saat ini yang membuatku bergairah adalah mimpiku kuliah diluar negeri, membaca kisah pengalaman pelajar-pelajar Indonesia di luar negeri, merupakan ketertarikan sendiri. Melihat mereka berfoto dengan berbagai keunikan dan keindahan bangunan, kultur, dan sosialisasi.
Dulu sangat iri ketika tahu beberapa anak Kaimana mendapat beasiswa ke Jerman, nyesek banget. "Kenapa sih bukan saya? " . Dalam beberapa hari mungkin sampai berbulan-bulan menstalking media sosial mereka, baik facebook maupun blog.
Awalnya mungkin seperti rasa penasaran yang tertunda, karena beasiswa APU waktu itu gagal kudapatkan saat SMA. Hingga sekarang rasanya nyesek banget. T.T
Saat melihat salah satu tetanggaku yang kebetulan juga mendapat beasiswa di Maroko, itu semakin membuatku bersemangat ingin meraih mimpi yang sempat tertunda tersebut.
Sampai kehilangan arah selama beberapa tahun, karena yang ada difikiran pada saat itu lulus kuliah, kerja, jadi pegawai, punya gaji, punya rumah sehingga males ah belajar toh nanti ujung-ujungnya kerja juga. bahkan putus asa untuk mimpiku tersebut karena nama di dokumen seperti ijazahku berbeda dengan di KTP dan akta kelahiran, itu membuat nyaliku menciut. Rasanya sangat frustasi, dengan hal tersebut.
Namun sekarang berbeda, saya tidak peduli dengan hal tersebut lagi. saya yakin kemampuan kita lebih dari segalanya dibanding dengan yang di dokumen, terinspirasi juga dengan film IDIOT, dia sekolah namun dengan nama orang lain di ijazahnya.
Sebenarnya mudah saja sih untuk mengganti akta kelahiran, namun rasanya sangat berat untuk melepas gelar di belakang namaku, nama Ayah yang sangat kusayang. Sudah mencari di mbah google, dan mendapat sedikit titik terang namun lagi dan lagi harus ada yang dikorbankan. Jika memperbaiki akta sesuai dengan ijazah berarti harus mengorbankan nama Ayah, namun jika membiarkan saya dikemudian hari kemungkinan tak mendapat NIDN dari DIKTI karena menurut dikti orang tersebut berbeda.
Saya tidak peduli dengan NIDN asalkan saya bisa menimba ilmu diluar negeri, mengambil Master of Education di Cambridge, dan jika diberi kesempatan juga bisa mengambil Doctor.
Jurusan yang sekarang ini membuat saya tertarik adalah berkaitan dengan Design Research, Curriculum Development, Psychologi untuk siswa. Bahkan saya berniat untuk bekerja di Surya Research setelah pendidikan Master dan Doctor. Mengapa SURE ? karena saya memiliki visi dan misi yang sama yaitu MENUJU INDONESIA JAYA,